Gunung Merbabu (2015)


Dulu Merbabu tidak banyak didaki dibanding Merapi atau Lawu, sepertinya sekarang juga masih seperti itu, melihat fasilitas dan infrastuktur yang tersedia saat ini, paling tidak jalur pendakian Merbabu via Selo. Selain lewat Selo, pendakian Merbabu bisa lewat Kopeng dan Wekas dari arah Salatiga – Magelang. Dari arah Boyolali – Blabak (dekat Muntilan), sebetulnya selain Selo, ada lagi basecamp pendakian lain yaitu Jrakah, sekitar 10 km dari Selo ke arah Blabak. Dulu saya selalu lewat Jrakah, bahkan belum pernah lewat Selo.

Menuju Selo


Minggu 14 Juni 2015, setelah dhuhur kami berangkat dari Kartosuro (Solo). Mampir di Boyolali dulu untuk melengkapi perbekalan: rendang, telur dadar, paru, apel dan jeruk untuk bekal pendakian. Saya pangling dengan jalan-jalan di Boyolali, karena banyak penataan dan pengaturan jalan.

Jalur Boyolali – Selo sekarang cukup ramai, tidak seperti dulu. Boyolali – Cepogo masih lancar, meskipun kondisi jalan tidak mulus amat. Cepogo – Selo …. wow …. perbaikan jalan yang panjang … sedang ada pembetonan sisi jalan ke arah jurang. Jalan satu-satu bergantian … yang kadang-kadang tidak jelas pengaturannya. Padahal jalan ini dulu mulus, dan pemandangannya indah.

Sampai Selo, saya mencoba mencari kenalan untuk menjadi pemandu, ternyata terlalu mahal mintanya. Kita putuskan jalan sendiri tanpa pemandu. Di masjid Selo, dekat kantor Polsek, banyak pendaki berkumpul di situ. Ngobrol-ngobrol dulu cari info, karena saya sudah hampir 30 tahun tidak naik Merbabu lagi.

Menuju Basecamp


Jalan masuk ke basecamp Merbabu melalui jalan di depan Masjid, jalannya kecil, hanya pas untuk simpangan dua mobil. Petunjuk jalan ke basecamp sangat minim, mesti banyak nanya kalo ada orang. Cukup jauh dari pertigaan masjid sampai basecamp, tetapi terlihat cukup banyak pendaki yang jalan kaki menuju basecamp.

Sebetulnya kami terlalu nekat bawa sedan ke basecamp Merbabu. Jalannya sempit, kalau simpangan, salah satu harus berhenti. Ada satu ruas tanjakan sepanjang sekitar 300 meter yang sedang dibeton. Andai saja di situ tidak ada orang yang memberi tahu bisa dilewati, mungkin kami tidak berani lewat. Dengan kenekatan kami coba lewati, karena untuk balik juga tidak mungkin, tidak ada tempat muter. Arga turun untuk memberi aba-aba. Gimana pulangnya … kumaha engke we …

Di Basecamp


Sampai di basecamp Merbabu, Dukuh Genting, Desa Tarubatang – Selo, ternyata suasana sangat ramai dan meriah. Karena pada hari Sabtu kemarin ada pendakian masal dari Eiger ditambah dengan pendaki regular diperkirakan jumlah yang naik hari Sabtu sekitar 1400 orang … wow luar biasa. Jalanan yang sempit penuh mobil parkir, di hampir semua rumah penduduk juga penuh motor. Untung kami tidak naik hari Sabtu.

Kami langsung diarahkan parkir oleh seseorang yang ternyata namanya pak Ngatun. Ongkos parkir 15 ribu langsung dibayar. Kami parkir di depan rumah pak Ngatun, pemilik rumah yang juga dipakai sebagai basecamp. Dia langsung menawarkan jasa pemandu, dan langsung juga kami terima. Kami packing selama satu jam di sini.

Arga, saya, Sekar, dan Ira

Dukuh Genting tidak terlalu besar, paling hanya terdiri atas 30 rumah yang berjejer di pinggir jalan. Pemandangan dari Dukuh Genting ini sudah sangat bagus. Puncak Merapi sangat jelas terlihat dan terasa dekat. Menu andalan di sini adalah soto. Hampir semua rumah membuka diri untuk dijadikan basecamp pendakian.

Basecamp yang besar ada di ujung jalan paling atas, ada dua berhadapan dengan plang papan nama. Pendaftaran pendakian ada di basecamp pak Parman. Di sini menyediakan segala hal untuk pendakian: makanan, peralatan, souvenir, pemandu dan penyewaan peralatan.  Biaya pendaftaran 15 ribu/orang, meskipun di tiketnya tercantum 4500.

Tiket Pendakian

Mulai Pendakian


Minggu 14 Juni 2015, jam 17.30 kami mulai pendakian. Ada gerbang dan pos tiket yang sudah tidak terurus. Jalur awal masih cukup bersahabat dan nyaman untuk jalan. Sepanjang perjalanan, banyak rombongan pendaki yang turun dengan kondisi yang rata-rata payah. Pos Bayangan kami capai dalam waktu kurang dari sejam. Istirahat sebentar, kami jalan lagi. Berikutnya sejam kurang kami sampai Pos I. Pos I dan Pos Bayangan ini hanya berupa tanah datar terbuka seluas sekitar 10x20 meter. Tidak ada shelter, hanya ada plang yang tidak begitu jelas.

Medan pendakian dari gerbang sampai dengan Pos I adalah hutan yang cukup rapat, dengan jalan setapak yang bisa dilalui satu per satu. Perjalanan setelah Pos I mulai terasa menanjak. Sekitar 1 jam, kami sampai di Pos II. Pos II berupa tanah lapang yang cukup luas. Kami sampai di sini jam 20.00. Banyak pendaki yang membuka tenda di sini. Dari Pos II ke atas, medannya sudah mulai terbuka.

Pos II menuju Sabana I medannya cukup menanjak, bisa dikatakan tanjakan terberat di sini. Kalau salah mengambil jalur bisa terjebak di tanjakan tanah lepas yang licin. Banyak pendaki yang tergelincir di sini. Termasuk Arga dan Ira, sehingga saya mesti me-rescue menggunakan tali webbing. Arga dan Ira juga mengalami kram di sini.

Akhirnya tanjakan maut telah kami lewati. Kami sampai di Sabana I jam 22.00. Sabana I adalah padang rumput luas, banyak tenda yang sudah terpasang di sini. Mungkin mereka merasa kelelahan setelah melewati tanjakan maut. Tapi kami mentargetkan membuka tenda di Sabana II. Sabana I ke Sabana II bisa dikatakan tidak terlalu berat, meskipun tetap menanjak.

Berikut ini peta jalur pendakian Merbabu, yang tidak berskala. Pos-pos semuanya tidak ada shelter dan tanda yang jelas, hanya berupa tanah lapang yang dapat digunakan untuk camping.


Sabana II kami capai jam 23.00. Di sini juga sudah banyak tenda terpasang. Kami membuka tenda di sini dan makan malam dengan bekal yang dibawa dari bawah. Pak Ngatun membuat api unggun, sehingga banyak pendaki lain ikut menghangatkan badan. Kami ngobrol sebentar dan bersosialisi dengan mereka. Suhu di sini berkisar 4-5 derajat Celsius. Di dalam tenda saja masih terasa dingin. Jam 24.00 kami berusaha tidur.

Senin 15 Juni 2015, jam 04.00 kami sudah siap melanjutkan perjalanan menuju puncak. Pak Ngatun kami tinggal di sini untuk istirahat dan menjaga barang-barang. Kami naik berempat dengan satu ransel. Dari Sabana II jalan turun sebentar, tapi setelahnya nanjak terus. Pada saat di bagian yang menurun, terasa dingin, yang ternyata daun-daun di situ membeku dilapisi es.



Jam 05.30, matahari sudah mulai memerah di ufuk timur. Tampak puncak gunung Lawu di kejauhan. Puncak Merbabu sudah kelihatan dekat. Dari posisi ini pemandangan sudah terlihat sangat indah. Di arah selatan terlihat gunung Merapi dengan sangat jelas. Di arah barat tampak bayangan puncak Merbabu di atas awan yang sedang mengambang di bawah ketinggian gunung.



Jam 06.30 kami sampai di Puncak Merbabu, yang disebut Puncak Kenteng Songo (3142 mdpl). Di seberangnya, ada puncak lain yang disebut Puncak Syarif (3119 mdpl). Sampai di puncak, suasana sudah ramai orang berfoto atau berdiri melihat indahnya pemandangan.

Puncak Kenteng Songo, 3142 mdpl

Dari Puncak Kenteng Songo dapat dilihat gunung-gunung di sekitarnya, Merapi, Lawu, Telomoyo, Ungaran, Sindoro, Sumbing, serta lereng-lereng Merbabu sendiri yang indah.

Turun Gunung


Setelah sekitar 30 menit berfoto di Puncak, kami kembali turun. Jalan pulang ternyata tidak lebih mudah dari naiknya. Medan terbuka yang curam mengharuskan kami tetap hati-hati. Sepanjang perjalanan pulang, kami disuguhi pemandangan Merapi yang indah.

Jalan terjal turun dari Puncak





Sekitar jam 08.30 kami sampai kembali di lokasi camping kami di Sabana II. Sebelum masuk ke Sabana II, kami kembali melewati padang Edelweis dengan daun-daun di bawahnya yang masih diselimuti lapisan es. Pada gambar di bawah, warna putih di semak-semak adalah lapisan es. Lapisan es ini masih banyak tersebar di lokasi ini, yang menandakan dinginnya suhu di sini. Sayangnya, Edelweis sedang tidak berbunga, atau bunganya sudah habis diambil pendaki. Bunga Edelweis yang tersisa adalah yang sulit dijangkau.

Lapisan es di atas daun

Gambar di bawah adalah tenda kami di Sabana II. Tenda warna oranye di belakangnya adalah tenda pak Ngatun. Di sini kami masak pop mi dan bubur. Setelah itu membongkar tenda dan packing. Jam 10.00 kami melanjutkan perjalanan.

Camping di Sabana II

Perjalanan dari Sabana II ke Sabana I melewati medan terbuka yang cukup terjal, tapi masih bisa dinikmati.

Turun dari Sabana II

Sabana I dengan latar belakang Merapi

Jalur paling sulit adalah dari Sabana I ke Pos II, yang kemarin kami tergelincir di sini. Dari sini sampai ke bawah kami sudah tidak berminat foto-foto lagi. Kami tidak banyak istirahat, terus jalan pelan-pelan. Terlihat pendaki lain yang turun juga sudah pada kepayahan. Sambil turun, kami ketemu pendaki lain yang baru naik yang masih ceria.


Senin 15 Juni 2015, jam 14.00, kami sampai kembali di basecamp kami di rumah pak Ngatun. Berbeda dengan hari Minggu kemarin yang ramai pendaki, hari ini suasana Dukuh Genting sepi. Alhamdulillah kami kembali dengan selamat. Kami langsung pesan nasi soto, menu andalan di wilayah ini. Berikutnya, kami masih perlu kerja keras melewati jalanan rusak yang sedang diperbaiki dari Dukuh Genting sampai Cepogo. Sampai jumpa lagi …..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Gede Pangrango

Gunung Palasari

Gunung Bukit Tunggul (2019)