Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede Pangrango adalah sepasang gunung yang berdampingan, yang terletak di perbatasan tiga kabupaten, yaitu : Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Kedua gunung ini berada dalam satu kawasan yang tak terpisahkan, yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).



Pendakian Gunung Gede Pangrango dapat dilakukan dari tiga jalur, yaitu jalur Cibodas dan jalur Gunung Putri dari arah Cianjur, dan jalur Selabintana dari arah Sukabumi. Jalur Cibodas adalah jalur utama, dengan kuota pendaki 300 orang/hari. Sedangkan kuota Jalur Gunung Putri 200 orang/hari dan Jalur Selabintana 100 orang/hari.

Peta Pendakian Gede Pangrango

Pendaftaran untuk pendakian Gunung Gede Pangrango resminya dilakukan secara online. Biasanya jauh-jauh hari kuota untuk jalur Cibodas dan Gunung Putri selalu penuh hampir setiap hari. Sedangkan jalur Selabintana biasanya jarang peminat.

Kamis tanggal 26 Desember 2019, jam 6 pagi kami berangkat dari Bandung. Rencana awal kami adalah hari pertama naik dari pintu Gunung Putri, ke puncak Gede, nge-camp di Kandang Badak; hari kedua ke puncak Pangrango, turun ke Kandang Badak, lanjut ke pintu Cibodas.

Basecamp atau Kantor TNGGP Gunung Putri terletak di Jalan Gunung Putri, Sukatani, Kecamatan Pacet. Kalau dari arah Cianjur. Sekitar 1 km sebelum Istana Cipanas belok kiri. Jalannya kecil dan menanjak.

Di basecamp Gunung Putri ini, selain kantor TNGGP, terdapat masjid, basecamp untuk menginap pendaki yang dikelola masyarakat, warung makan, dan toko serba ada. Tidak ada tempat parkir mobil khusus di basecamp Gunung Putri, tidak seperti di basecamp Cibodas yang tempat parkirnya cukup besar. Di basecamp Gunung Putri, parkir mobil di pinggir jalan, maksimal sekitar 10 mobil.

Karcis Masuk TNGGP

Karena musim liburan dan macet, kami baru sampai di basecamp Gunung Putri sekitar jam 9. Hal pertama yang kami lakukan adalah menukar form pendaftaran online dengan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) di kantor TNGGP. Di situ juga dilakukan tes kesehatan, dan membayar Rp 25 ribu per orang untuk tes kesehatan. Sedangkan karcis untuk pendakian Rp 29 ribu per orang. Akhirnya kami baru betul-betul siap mendaki jam 10.15, setelah packing ulang, makan, dll.

Medan awal adalah jalan aspal sempit dan menanjak. Sekitar 10 menit jalan kaki, sampai di kantor atau pos pemeriksaan SIMAKSI. Hari ini pendakian cukup ramai. Dari sejak penukaran SIMAKSI, tes kesehatan, hingga pemeriksaan SIMAKSI selalu terjadi antrian.

Pos Pemeriksaan SIMAKSI Gunung Putri

Kami start dari pos pemeriksaan jam 10.30 dengan elevasi 1550 mdpl. Cuaca mendung dan sejuk, jadi terasa masih pagi. Tujuan berikutnya adalah Pos Bayangan Tanah Merah. Medan dari pos pemeriksaan sampai pos Tanah Merah adalah jalan tanah, dengan kiri-kanan kebun sayur.

Pos Polisi Hutan di Jalur Gunung Putri

Sekitar 5 menit dari pos pemeriksaan, terdapat kantor Polisi Kehutanan. Terlihat kantornya masih baru, dan masih belum digunakan. Setelah kantor ini, medan memasuki hutan yang rapat.

Jam 10.53 sampai di Pos Bayangan Tanah Merah, dengan elevasi 1750 mdpl. Di sini hanya ada plang nama tempat dan warung tenda. Di setiap pos nantinya ada warung tenda, bahkan ada yang lebih dari 1 warung dalam 1 pos. Warung-warung ini hampir sama semua dagangannya, yaitu aneka gorengan, semangka, dan minuman sachet.

Gerbang Masuk Hutan

Jam 11.16 sampai di Pos I Informasi Lama, dengan elevasi 1850 mdpl. Di sini terdapat gerbang masuk Taman Nasional dan sebuah shelter dan warung tenda. Sekitar 20 menit dari Pos I, terdapat bangunan shelter yang sudah rusak, yang digunakan untuk warung.

Jam 11.44 sampai di Pos II Legok Leunca, dengan elevasi 1950 mdpl. Di sini juga terdapat shelter dan warung tenda. Banyaknya warung di sepanjang jalur pendakian menunjukkan bahwa hari ini ramai pendaki.

Shelter dan Warung Tenda

Jam 12.44 sampai di Pos III Buntut Lutung, dengan elevasi 2480 mdpl, dengan fasilitas berupa shelter dan warung tenda. Dari sini mulai turun gerimis.

Jam 13.46 sampai di Pos Bayangan Lawang Saketeng, dengan elevasi 2570 mdpl. Di sini hanya ada warung tenda. Kami berhenti dan berteduh di warung karena hujan menjadi deras. Sekitar 20 menit di sini, kami jalan lagi, meskipun masih gerimis.

Jam 14.55 sampai di Pos IV Simpang Maleber, dengan elevasi 2650 mdpl. Setelah pos ini, jalan berubah menjadi jalan batu menanjak. Setelah setengah jam, jalan batu menjadi mendatar dan semakin terbuka.

Jam 15.30 sampai di Pos V Alun-laun Surya Kencana (Surken) Timur, dengan elevasi 2750 mdpl. Seperti di semua pos, di sini juga terdapat warung tenda. Mulai dari ujung Surken Timur ini sudah banyak tenda-tenda pendaki.

Pos V Surya Kencana Timur

Alun-alun Surya Kencana berupa dataran berbentuk bulan sabit seluas 50 hektar, yang dikelilingi oleh gunung-gunung atau dataran yang lebih tinggi, di antaranya Gunung Gumuruh dan puncak Gunung Gede.

Dari Surken Timur sampai Surken Barat berjarak sekitar 1.5 km. Di sepanjang alun-alun ini banyak tenda-tenda pendaki. Kami sampai di Surken Barat jam 16.00, dan memutuskan nge-camp di sini, karena terlalu sore untuk melanjutkan ke Pos Kandang Badak seperti rencana awal. Di samping itu tiba-tiba hujan turun dengan deras.

Alun-alun Surya Kencana

Hujan turun terus semalaman, sesekali terdengar cukup deras. Suhu di luar 9 derajat Celsius. Kami mengganti baju basah dengan baju tidur, dan berusaha tidur sedapat mungkin.

Target hari ini untuk nge-camp di Kandang Badak gagal dicapai, karena kami kesiangan start dan juga karena cuaca yang tidak memungkinkan. Malam itu kami merubah rencana, hari kedua besok kami akan double summit ke puncak Gede pagi dan ke puncak Pangrango sore, terus nge-camp lagi di Kandang Badak. Baru hari ketiga, kami akan turun ke Cibodas.

Jumat tanggal 27 jam 4 pagi kami bangun, bersiap lagi dengan baju untuk jalan dan packing. Jam 05.00 kami mulai jalan lagi dari Surken Barat menuju Puncak Gede. Medan berupa tanjakan tangga batu di hutan cantigi. Cuaca cukup cerah dan sejuk.

Setengah jam dari Surken Barat, medan mulai agak terbuka. Di sela-sela cantigi terlihat langit jingga di atas puncak Gumuruh dan hamparan hijau Alu-alun Surya Kencana dengan sederet tenda warna-warni.

Puncak Gunung Gede

Jam 06.00 kami sampai di tugu penanda Puncak Gunung Gede, yang terletak di ujung timur punggungan puncak Gunung Gede. Di arah barat terlihat Puncak Gunung Pangrango. Di sisi kiri lereng puncak Gede yang ditumbuhi cantigi, dan di sisi kanan jurang ke arah kawah Gunung Gede. Ada dua buah kawah besar, yaitu kawah Ratu dan kawah Wadon. Keduanya mengepulkan asap putih.

Seperti di setiap pos, di puncak Gunung Gede juga ada beberapa warung tenda. Di satu sisi keberadaan warung cukup membantu, tapi di sisi lain mengganggu view jika kita mengambil foto atau video.

View Puncak Gunung Pangrango

Puncak Gede dapat dicapai dari dua arah, yaitu dari Surken Barat dan dari Kandang Badak. Kalau dari Surken barat (2750 mdpl), hanya perlu waktu 1 jam. Tapi kalau dari Kandang Badak (2400 mdpl) perlu 3 jam.

Setelah berlama-lama menikmati pemandangan Puncak Gede, kami melanjutkan ke Kandang Badak. Jam 8.15 kami sampai di Tangga Rantai atau Tanjakan Setan. Tanjakan ini setinggi 22 meter dengan kemiringan sekitar 75 derajat. Di sini sudah terpasang beberapa tali untuk turun atau naik.

Tangga Rantai

Jam 09.00 kami sampai di Pos Kandang Badak, yang merupakan persimpangan antara Puncak Gede, Puncak Pangrango, dan Cibodas. Di pos ini terdapat banyak tempat datar untuk mendirikan tenda, mata air, toilet, musola, dan pastinya warung.

Kami sempat memasang tenda dan menanak nasi di Kandang Badak, karena rencananya kami akan nge-camp semalam lagi dan naik ke Puncak Pangrango. Tetapi ternyata kami harus merubah lagi rencana. Karena terlihat cuaca sangat tidak bersahabat.

Dengan berat hati kami harus memutuskan untuk langsung turun ke Cibodas. Jam 11.30 kami mulai turun dari Kandang Badak, diiringi rintik gerimis. Sampai di Pos Kandang Batu (2200 mdpl) jam 12.10, hujan semakin deras, sehingga kami harus memasukkan semua peralatan elektronik ke dalam ransel.

Dari Kandang Batu sampai Cibodas hujan tidak berhenti, sehingga kami tidak dapat lagi memotret. Jalur Cibodas ini dari bawah sampai Kandang Badak hampir semuanya berupa jalan atau tangga batu. Dengan medan berupa hutan campuran yang lebat. Bisa dikatakan tidak ada view sama sekali.

Hujan Sepanjang Turun ke Cibodas

Yang cukup menghibur di jalur ini adalah banyak melewati sungai dan air terjun. Meskipun pada kondisi hujan seperti saat kami turun, hal tersebut kurang bisa dinikmati.

Sekitar 20 menit dari Kandang Batu, kami melewati sungai air panas atau air terjun panas, yang debitnya meningkat pada saat hujan. Kemudian ada 3 air terjun di sepanjang jalur ini, yang salah satunya berada dekat sekali dengan jalur pendakian.

Ada banyak pos di sepanjang jalur ini, tetapi kami jalan terus, karena sudah kepalang basah semua bajunya, meskipun sudah memakai jas hujan.

Kami sampai di percabangan ke arah Cibodas dan Curug Cibeureum jam 14.00, dengan elevasi 1650 mdpl. Sekitar 10 menit dari percabangan ini, kami sampai di jembatan Rawa Gayonggong. Jembatan ini berupa jembatan beton selebar 3 meter dengan panjang sekitar 500 meter, yang melintasi rawa atau sungai. Di saat hujan, terlihat arusnya cukup deras.

Dari jembatan ini sebetulnya dapat melihat view yang indah ke arah Puncak Pangrango. Terdapat juga spot-spot untuk pengamatan flora dan fauna. Tapi karena cuaca hujan, kami tidak dapat mengabadikannya.

Pintu TNGGP Cibodas

Akhirnya kami sampai di Pos Pemeriksaan SIMAKSI di Cibodas jam 15.00. Di sini kami menyerahkan surat SIMAKSI yang diperoleh dari Pos Gunung Putri. Selanjutnya kami keluar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melewati sisi kanan Pintu II Kebun Raya Cibodas. Sungguh pendakian yang berat ... Alhamdulillah kami diberikan kekuatan untuk menyelesaikannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Palasari

Gunung Bukit Tunggul (2019)