Gunung Batur

Pulau Bali bukan hanya pantainya yang indah. Ada banyak gunung indah juga di sana. Yang tertinggi tentunya adalah Gunung Agung 3.031 mdpl. Gunung Batur adalah gunung kesepuluh tertinggi di Bali, tetapi Gunung Batur adalah gunung paling indah dan paling banyak didaki. 

Gunung Batur terletak di Kintamani, sekitar 2 jam perjalanan dari Denpasar. Keistimewaan Gunung Batur adalah keindahan sunrise-nya, yang dipantulkan oleh Danau Batur dan juga siluet Gunung Abang yang menjadikan sunrise lebih dramatis. Selain itu, Gunung Batur juga mudah didaki dan cukup singkat waktu pendakiannya.
 
Gunung Batur dan Gunung Abang dari Panelokan

Keindahan Gunung Batur dan Danau Batur juga dapat dinikmati dari kejauhan, yaitu dari Desa Panelokan. Di sini disediakan fasilitas untuk memandang ke arah Danau Batur dan kedua gunung yang menaunginya. Kedua gunung ini adalah Gunung Batur di sebelah kiri/barat, dan Gunung Abang di sebelah kanan/timur.

Saat ini Gunung Batur memang jauh lebih populer dibanding Gunung Abang. Tapi jika dikembangkan, suatu waktu mungkin pendakian Gunung Abang dapat sama menariknya dengan Gunung Batur. Salah satu yang dapat digali dari Gunung Abang adalah pemukiman Bali Aga atau Bali Kuno di kaki gunungnya.

Kawasan wisata di sisi barat Danau Batur sudah cukup berkembang, sudah banyak hotel dan restoran di sisi ini. Padahal di sisi timur Danau Batur juga tidak kalah menariknya. Salah satunya adalah makam Trunyan, di mana cara pemakamannya hanya dengan meletakkan jenasah di tanah tanpa ditutup apa pun (hanya dipagari bambu).
 
Sunset di balik Gunung Batur dilihat dari Trunyan, kaki Gunung Abang

Kami menginap di Shanty Country House, di kaki Gunung Batur yang menghadap ke arah Danau Batur. Vila ini berupa satu rumah, yang kami pakai sendiri (bersama penjaga vila), sangat luas untuk kami berempat, dan juga sangat lengkap fasilitasnya, dengan harga yang sangat bersahabat.

Shanty Country House

Sepanjang jalan utama di tepi Danau Batur terdapat banyak penawaran paket tour pendakian Gunung Batur atau tempat yang bertuliskan basecamp pendakian Gunung Batur. Tempat-tempat seperti ini pada umumnya pelanggannya adalah bule atau wisatawan domestik dari luar Bali.

Harga yang ditawarkan di agen wisata ini cukup mahal, karena mengikuti standar bule/wisatawan asing. Fasilitas yang diperoleh dari agen wisata yaitu guide dan sarapan di puncak. Untuk pendaki/wisatawan asing memang diwajibkan menggunakan guide/agen wisata. Sedangkan untuk pendaki domestic sebetulnya tidak diwajibkan menggunakan guide.

Jalur utama pendakian Gunung Batur ada dua, yaitu dari Pura Jati dan Toya Bungkah. Jalur Pura Jati lebih terbuka, karena menyusuri batuan bekas jalan lava. Sedangkan jalur Toya Bungkah lebih tertutup pepohonan.

Jalur Pendakian Gunung Batur

Bagi pendaki yang tanpa guide, jalur Pura Jati lebih gampang. Pada saat ini area parkir mobil/motor telah dimajukan hampir 3 km ke atas sampai mendekati Pura Pasar Agung. Dari tempat parkir ini sampai puncak dapat ditempuh dalam 1 jam. Di satu sisi hal ini memudahkan para pendaki/wisatawan, tapi di sisi lain mengurangi petualangan pendakian.

Jalur Toya Bungkah banyak sekali percabangannya. Trek awal relative datar, dan banyak percabangan dengan jalan warga ke kebun. Selanjutnya, setelah masuk area hutan, trek bercabang, yang satu untuk pejalan kaki, dan satunya yang dapat dilalui sepeda motor. Tapi nampaknya hanya khusus untuk sepeda motor taxi (ojek pendakian), bukan sepeda motor umum.

Vila tempat kami menginap berada di jalur Toya Bungkah, jadi kami mendaki melewati jalur ini. Hari Senin pagi, tanggal 23 September 2019, bertepatan dengan ulang tahun salah satu anggota pendakian kami, jam 3 pagi kami bangun dan mempersiapkan diri. Jam 3.45, kami mulai jalan dari vila. Foto-foto berikut ini diambil pada saat pulang (arah kebalikan/mundur).

Titik awal pendakian

Meskipun jalur Toya Bungkah bercabang-cabang, sebetulnya tidak perlu khawatir tersesat atau salah ambil jalan. Sinyal telepon selular selalu ada sepanjang jalur pendakian, sehingga bisa menggunakan google maps.


Medan awal

Titik pertama yang dituju adalah Pura Penataran Agung Tampurhyang. Percabangan jalan hanya ada sebelum atau di bawah pura ini. Jadi jika pura ini sudah dilewati, bisa dikatakan semua jalur menuju puncak.


Pura Penataran Agung Tampurhyang

Titik tujuan berikutnya adalah Pura Tampurhyang Luhur. Pura ini cukup besar dan sedang dibangun lagi pura baru di sebelahnya. Tampak di latar belakang adalah Gunung Abang. Sampai di titik ini, jalan masih relative datar.

Pura Tampurhyang Luhur

Setelah pura ini, titik tujuan berikutnya jika lihat di google maps adalah Volcano Coffee. Di tengah perjalanan nanti akan ketemu dengan pertigaan Pura Payogan. Volcano Coffee ini warung biasa di tengah hutan. Titik ini adalah pertigaan antara jalur sepeda motor dan jalur yang hanya bisa dengan jalan kaki.

Pertigaan Pura Payogan

Setelah pertigaan ini, jalan mulai menanjak dan berpasir atau berbatu. Semakin atas, semakin terbuka dan tinggal medan batu semua. Dari sini ke atas sudah tidak ada percabangan lagi.



Medan Berbatu

Tujuan berikutnya adalah Volcano Coffee Shop kalo di google maps. Ini adalah titik terakhir sepeda motor taxi (ojek). Pemandangan dari sini ke arah Danau Batur sudah cukup bagus. Kami sampai di sini sekitar jam 5 atau sekitar 1.5 jam perjalanan dari awal pendakian.


Volcano Coffee

Dari volcano coffee ke puncak trek-nya adalah batuan terjal. Sekitar 30 menit kemudian, kami sampai puncak Gunung Batur 1717 mdpl. Puncak gunung Batur berupa punggungan sempit melingkar seperti bulan sabit. Suasana sudah cukup ramai di puncak. Tempat-tempat strategis untuk berfoto sudah diduduki oleh pendaki lain yang sudah datang lebih dulu.

Sunrise di Puncak Gunung Batur


Momen yang diburu oleh pendaki adalah sunrise di puncak Batur. Banyak kamera-kamera yang sudah diset di atas tripod untuk mengabadikan sunrise. Semua mata mengarah ke pemandangan indah di langit timur. Gunung Abang di sisi timur Danau Batur, di belakangnya terlihat samar gunung Agung, langit memerah, dan pantulan cahaya danau Batur. 

Di puncak gunung Batur terdapat 5 warung yang lokasinya agak saling berjauhan, dengan menu yang sama, yaitu roti sandwich, telur rebus, dan kopi atau teh. Menu ini mengikuti selera bule, karena sebagian besar pendaki adalah turis asing. Bahkan pada saat kami mendaki, 95 persen pendakinya adalah turis asing, khususnya bule.


Monyet di Puncak Batur

Di puncak ini juga banyak monyet, yang umumnya berkumpul di sekitar warung. Mereka ini tidak senakal monyet di Uluwatu misalnya, yang suka mengambil apa saja. Tapi tetap saja mereka adalah monyet liar yang akan mengambil makanan yang tidak dijaga.

Puncak Gunung Batur

Di puncak Batur angin cukup kencang dan dingin. Matahari semakin naik, dan pendaki berangsur turun. Kami meninggalkan puncak sekitar pukul 6, setelah sarapan sandwich dan telur rebus ala bule. Perjalanan pulang kira-kira sama waktunya dengan perjalanan naik. Kami sampai kembali di vila jam 8. Sebuah pendakian singkat yang indah.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Gede Pangrango

Gunung Palasari

Gunung Bukit Tunggul (2019)