Empat Puluh Hari di Tanah Suci (Bagian 1)
Musim haji tahun 2023 kami pilih untuk menunaikan ibadah haji karena bertepatan dengan libur akhir semester dan Sekar melaksanakan kerja praktik, serta Arga sedang tidak cuti kerja. Jadi kami semua meninggalkan rumah pada waktu yang bersamaan, tidak ada yang ditinggal di rumah.
Dulu kami selalu menunda untuk berhaji
dengan alasan tidak mau meninggalkan anak-anak. Sehingga sekarang kami terlalu
terlambat untuk mendaftar haji reguler, karena antriannya saat ini sudah
sekitar 20 tahun. Akhirnya kami harus menggunakan jalur haji khusus yang dapat
langsung berangkat tahun 2023.
Travel haji khusus yang kami gunakan adalah PT AKJ. Kami mendaftar haji
pada bulan September 2022, dan pada bulan April 2023 melakukan pelunasan
pembayaran. Keberangkatan haji dijadwalkan tanggal 26 Mei 2023 dari Jakarta ke
Bangkok, transit semalam
di Bangkok. Tanggal 27 Mei
2023 dari Bangkok ke Riyadh.
Pesawat kami mendarat di
Riyadh jam 21.30. Setelah melewati proses imigrasi dan pengambilan bagasi, jam
23.00 kami naik bus menuju Madinah. Jarak Riyadh ke Madinah sekitar 800 km,
kira-kira sama dengan jarak dari Jakarta ke Surabaya. Sepanjang perjalanan,
kami berhenti tiga kali di rest area.
Madinah
Kami tiba di Madinah hari
Minggu 28 Mei 2023 jam 12.00, dan langsung makan siang di restoran
khas Arab. Santapan makan siang kami adalah nasi mandhi, yaitu nasi rempah
dengan lauk ayam, yang dihidangkan dalam nampan. Setiap nampan nasi mandhi diperuntukkan
empat orang. Kami menyantap langsung dengan tangan dari nampan, tanpa sendok.
Nasi Mandhi |
Menyantap Makan Siang |
Setelah makan siang,
kami naik bus menuju Masjid Quba untuk Shalat Dhuhur dan Ashar. Masjid Quba
terletak di pinggiran kota Madinah. Masjid Quba adalah masjid pertama yang
dibangun oleh Rasulullah.
Dari Masjid Quba, kami menuju
Al Aqeeq Madinah Hotel. Kami menginap di hotel ini selama 9 hari, mulai tanggal
28 Mei hingga 6 Juni 2023. Hotel Al Aqeeq adalah hotel bintang 5, yang berada
di ring kedua dari Masjid Nabawi. Hotel Al Aqeeq berjarak sekitar 100
meter dari Masjid Nabawi, terletak di ujung barat laut Masjid Nabawi, tepat di
depan gerbang nomor 329
Masjid Nabawi.
Al Aqeeq Madinah Hotel |
Al Aqeeq Madinah Hotel berada di
tengah-tengah pertokoan, ada toko 3 riyal, toko baju, toko sajadah, supermarket
Bin Dawood, toko parfum, apotek, restoran, dan sebagainya. Segala keperluan
jamaah haji/umroh tersedia, dengan harga yang relatif murah. Dibandingkan
dengan di Mekkah, berbelanja di Madinah lebih nyaman dan lebih banyak
pilihannya, kalau harga tergantung pinter-pinter menawar.
Pertokoan di sekitar Al Aqeeq Madinah Hotel |
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi adalah
masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad, setelah Masjid Quba. Masjid
Nabawi pertama kali dibangun pada tahun 1 Hijriah atau 622 Masehi, pada saat
perjalanan Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Masjid Nabawi terus
mengalami renovasi dari waktu ke waktu. Bentuk awal dari masjid ini hanya
berupa tembok keliling seluas 30 x 35 meter, dengan rumah Nabi menempel pada
dinding bagian selatan. Pada saat ini, luas seluruh Masjid Nabawi dan
pelatarannya sekitar 600 x 600 meter.
Masjid Nabawi adalah
masjid kedua terbesar di dunia setelah Masjidil Haram. Keutamaan shalat di
Masjid Nabawi juga terbesar kedua setelah Masjidil Haram, yaitu sebesar seribu
kali lebih utama dibanding masjid biasa.
Masjid Nabawi berbentuk
kotak, dengan posisi shalat menghadap ke Selatan. Karena bentuknya kotak,
Masjid Nabawi mudah dihafalkan, tidak seperti Masjidil Haram yang berbentuk
melingkar.
Di Depan Gerbang Utama Masjid Nabawi |
Masjid Nabawi mempunyai
37 pintu masuk. Pintu nomor 1 di bagian tengah selatan atau bagian imam,
kemudian pintu selanjutnya berurutan searah jarum jam. Gerbang masuk pelataran
Masjid Nabawi berjumlah 69 gerbang. Gerbang nomor 1 berada di bagian tengah selatan,
gerbang selanjutnya berurutan searah jarum jam. Penomoran gerbang diberi angka
3 di depannya, jadi nomornya dari 301 sampai 369.
Gerbang masuk utama
Masjid Nabawi terletak di bagian utara, dengan nomor gerbang 332 sampai 337, yang bertepatan dengan pintu
masuk masjid nomor 20 dan 21.
Di bagian dalam masjid
dibagi menjadi bagian jamaah pria dan jamaah wanita. Jamaah pria berada di
bagian depan dan di bagian tengah, sedangkan samping kanan dan kiri
diperuntukkan jamaah wanita.
Pintu 21 untuk Jamaah Wanita |
Pintu 19 untuk Jamaah Pria |
Di pelataran Masjid Nabawi terdapat payung-payung
raksasa, yang berfungsi sebagai peneduh dari panas dan hujan, sedangkan
tiangnya berfungsi untuk penerangan dan penyejuk udara. Keseluruhan
payung-payung ini berjumlah 250 buah. Selama musim haji tahun ini,
payung-payung ini selalu mengembang, karena cuaca yang sangat terik pada siang
hari.
Payung-payung di Siang Hari |
Payung-payung di Malam Hari |
Masjid Nabawi terletak di tengah kota
Madinah, dikelilingi oleh hotel dan pertokoan. Hotel dan pertokoan terbanyak
berada di bagian utara, kemudian bagian selatan, dan bagian barat, sedangkan di
bagian timur berdampingan dengan Makam Baqi.
Pertokoan di Depan Pintu Utama Masjid Nabawi |
Rooftop Masjid Nabawi
Masjid Nabawi merupakan bangunan satu
lantai. Untuk menambah kapasitas jamaah yang bisa ditampung, rooftop Masjid
Nabawi dapat digunakan untuk shalat juga. Jika ruangan dalam Masjid penuh,
jamaah diarahkan untuk naik ke rooftop.
Tangga menuju rooftop di bagian selatan ada di Pintu 5, sedangkan di bagian
utara ada di Pintu 17 dan 21. Tapi
yang dapat ke rooftop hanya jamaah laki-laki, tidak ada jatah untuk jamaah perempuan.
Area shalat di rooftop seluas area
shalat di dalam Masjid Nabawi. Namun masih banyak yang kosong, karena masih
sedikit yang mengetahui adanya tempat shalat di rooftop atau malas untuk naik
tangga ke rooftop.
Tempat shalat di rooftop ada bagian
yang beratap dan bagian yang terbuka. Tidak ada AC di rooftop, hanya ada kipas
angin tanpa penyemprot air. Seperti halnya di dalam Masjid Nabawi, di rooftop
juga disediakan air Zamzam.
Dari Rooftop, kita dapat menikmati matahari terbit dan tenggelam, bulan
dan bintang-bintang di langit Madinah.
Rooftop Masjid Nabawi saat Matahari Terbit |
Rooftop Masjid Nabawi saat Siang |
Rooftop Masjid Nabawi saat Matahari Tenggelam |
Shalat Arbain
Selama di Madinah, kami menjalankan Shalat Arbain di Masjid Nabawi, yaitu 40
kali shalat wajib berjamaah di Masjid Nabawi secara berturut-turut tanpa putus, yang berarti harus mengikuti shalat wajib berjamaah selama 8 – 9 hari
di Masjid Nabawi.
Paling
lambat setengah jam sebelum adzan kami sudah harus tiba di masjid,
agar dapat tempat di dalam masjid. Biasanya yang relatif kosong adalah saat shalat Dhuhur
dan Ashar, sedangkan shalat Subuh, Maghrib, dan Isyak biasanya penuh.
Kami berusaha mendapat tempat di
dalam masjid, karena ber-AC di dalam masjid. Jika tidak mendapat tempat di
dalam masjid, kami harus shalat di pelataran yang panas, meskipun di malam
hari. Namun untuk jamaah wanita tempat di
dalam masjid
terbatas, sehingga harus rela berpanas-panasan
shalat di pelataran masjid.
Di Madinah, kami banyak bertemu
dengan jamaah haji asal Indonesia di Masjid Nabawi. Hal ini berbeda dengan saat
kami berada di Mekkah, kami jarang ketemu dengan jamaah haji asal Indonesia di
Masjidil Haram.
Shalat Subuh di Masjid Nabawi |
Raudhah dan Makam Rasulullah
Raudhah adalah bagian dari Masjid Nabawi yang
paling mustajab untuk berdoa. Raudhah disebut sebagai Taman Surga, yang
terletak di antara kamar atau rumah
Nabi dengan mimbar Nabi.
Raudhah berada di pojok timur –
selatan masjid lama dari Masjid Nabawi. Ornamen di masjid lama berbeda dengan
ornamen di masjid baru. Ornamen di masjid lama lebih banyak dan lebih rumit
dibanding ornament di masjid baru. Jika dilihat dari luar, raudhah dicirikan
dengan kubah yang berwarna hijau.
Untuk
masuk ke Raudhah, kita harus mendaftar di aplikasi Nusuk, dan memilih jadwal
yang disediakan. Raudhah digunakan secara
bergantian antara jamaah pria dan jamaah wanita. Jadwal untuk jamaah wanita
adalah dari setelah subuh hingga jam 11 siang dan dari waktu isyak hingga jam
12 malam. Jadwal untuk jamaah pria adalah dari jam 11 siang sampai waktu Isyak
dan dari jam 12.30 malam sampai Subuh.
Pada saat yang ditentukan untuk masuk Raudhah,
kita harus mengantri untuk diperiksa jadwal di aplikasi Nusuk. Setelah lolos,
masuk ke ruang tunggu. Setelah di
ruang tunggu sekitar 30 menit, masuk ke Raudhah. Di Raudhah, kita diberi waktu sekitar 20 menit untuk shalat
dan berdoa.
Keluar
dari Raudhah, kita diarahkan melewati makam Nabi Muhammad, makam Sayidina Abu Bakar, dan makam Sayidina Umar. Makam Nabi terletak di kamar atau rumah Nabi. Makam Sayidina Abu Bakar
di sebelah kanan makam Nabi, dan makam Sayidina Umar di sebelah kanan makam
Sayidina Abu Bakar. Ketiga makam ini dijaga oleh Askar, agar jamaah tidak
melakukan perbuatan yang tidak sesuai ajaran Islam, seperti menangis atau pun
shalat di depan makam.
Ornamen di Raudhah |
Raudhah dan Kamar Nabi |
Mimbar Nabi |
Makam Nabi, Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar |
Dhuha di Masjid Nabawi
Selama di Madinah, jika tidak ada
tour bersama rombongan, jadwal kami setelah makan pagi adalah Shalat Dhuha,
mengaji, dan i'tikaf di Masjid Nabawi. I'tikaf adalah berdiam diri di masjid,
serta mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah. Setelah itu kami mengeksplor
dan melihat-lihat Masjid Nabawi dan sekitarnya.
Di waktu Dhuha, suasana Masjid Nabawi
lengang dan sepi, sehingga dapat lebih khusyuk berdoa. Di beberapa tempat,
jamaah berkumpul untuk melakukan pengajian. Di tempat lain yang sepi, jamaah
pada tidur. Di waktu Dhuha ini juga dimanfaatkan cleaning service untuk
membersihkan masjid, mengisi air Zamzam, menyemprot parfum ke karpet, dan
sebagainya.
Pengajian di Masjid Nabawi |
Suasana Saat Dhuha di Masjid Nabawi |
Air Zamzam di Masjid Nabawi |
Masjid Sahabat Nabi
Di dekat Masjid Nabawi terdapat masjid-masjid kecil
yang bersejarah. Sekitar 100 meter di sebelah
barat daya Masjid Nabawi ada Masjid
Sayidina Ali, Masjid Sayidina Abu Bakar, Masjid Sayidina Umar bin Khattab, dan Masjid Ghamamah. Masjid Usman bin Affan berada sekitar 300 meter di
sebelah selatan Masjid Nabawi. Sedangkan Masjid Sayidina Bilal bin Rabah berada
sekitar 500 meter di sebelah selatan Masjid Nabawi.
Masjid-masjid
kecil ini tidak digunakan untuk shalat, kecuali Masjid Ghamamah dan Masjid Sayidina Bilal bin Rabah. Masjid Ghamamah
atau masjid awan adalah tempat di mana Rasulullah melakukan Shalat Istisqa atau
shalat meminta hujan. Lokasi masjid-masjid kecil ini dulunya adalah tanah
lapang, tempat melakukan Shalat Ied atau Shalat Istisqa.
Masjid Sayidina Ali |
Masjid Sayidina Abu Bakar |
Masjid Sayidina Umar |
Masjid Ghamamah |
Suasana di Dalam Masjid Ghamamah |
Masjid Sayidina Bilal |
Jabal Uhud
Jabal Uhud adalah gunung batu
berwarna kemerahan yang berada sekitar 11 km di utara Masjid Nabawi. Jabal Uhud
menjadi lokasi perang dahsyat antara kaum Muslimin dengan Kafir Quraish Mekkah
yang menyerbu Madinah pada tahun ke-3 Hijriah. Pada perang Uhud ini telah gugur
70 orang dari pasukan kaum Muslimin, termasuk paman Rasulullah, Sayidina Hamzah
bin Abdul Mutholib.
Para jamaah haji berziarah ke Jabal
Uhud untuk mengenang dan mendoakan para syuhada perang Uhud. Makam syuhada
perang Uhud ini berupa tanah lapang yang dipagari, tidak ada nisan dan
nama-nama para syuhada. Sehingga para peziarah hanya dapat melihat dari balik
pagar.
Di sebelah timur makam syuhada perang
Uhud terdapat masjid yang cukup besar, yaitu Masjid Sayyidul Syuhada. Peziarah
dapat melaksanakan shalat wajib di masjid ini jika pada saat berziarah telah
masuk waktu shalat.
Di sebelah selatan makam syuhada,
terdapat sebuah bukit batu yang tidak terlalu tinggi, yang disebut Bukit
Pemanah. Pada saat perang Uhud, Rasulullah memerintahkan 50 orang pemanah untuk
mengambil tempat di bukit ini, dan menghujani pasukan kafir Quraish dengan anak
panah.
Makam Syuhada Perang Uhud |
Masjid Sayidul Syuhada |
Di Depan Bukit Pemanah |
Percetakan Alquran
Percetakan Alquran Raja Fahd terletak 11 km di sebelah barat laut dari Masjid Nabawi. Percetakan ini
adalah percetakan Alquran terbesar di dunia, yang memproduksi 18 juta eksemplar Alquran per tahun.
Kompleks percetakan Alquran ini sangat
asri, halamannya ditumbuhi rumput hijau dan banyak tanaman bunga. Di sini tidak
terasa jika kita sedang berada di Arab. Tentunya diperlukan biaya yang besar
untuk merawat tanaman-tanaman ini di Arab yang panas dan gersang.
Percetakan Alquran di Madinah |
Di musim haji ini, pengunjung
harus antri panjang untuk melihat langsung proses produksi di percetakan ini. Di mulai dari antri di luar gerbang percetakan,
kemudian setelah masuk kompleks percetakan harus antri lagi untuk masuk ke
gedung percetakannya, di gedung percetakannya juga harus antri. Tapi antriannya
cukup tertib, jalan terus, dan tidak terlalu lama.
Melihat Proses Pencetakan Alquran |
Proses Pencetakan Alquran |
Setelah
selesai melihat proses produksi, semua pengunjung diberi sebuah Alquran sebagai
kenang-kenangan. Jika membeli di toko di luar
percetakan, Alquran yang dibagikan di percetakan ini berharga sekitar 25 riyal.
Percetakan ini juga melayani pembelian Alquran dalam berbagai ukuran,
dengan harga yang lebih murah dibanding di toko di luar percetakan.
Membeli Alquran di Percetakan Alquran |
Komentar
Posting Komentar