Gunung Rinjani via Sembalun – Torean
Gunung Rinjani berada di
Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani merupakan gunung api
tertinggi kedua di Indonesia, setelah Gunung Kerinci di Sumatera. Gunung
Rinjani adalah salah satu gunung terindah di Indonesia, dengan danau Segara
Anak di dekat puncaknya.
Pendakian Gunung Rinjani
dapat dilakukan dari desa Senaru, Torean, dan Sembalun. Desa Senaru dan Torean
terletak di bagian utara Gunung Rinjani, termasuk di wilayah Kabupaten Lombok
Utara. Desa Sembalun terletak di bagian timur laut Gunung Rinjani, termasuk di
wilayah Kabupaten Lombok Timur.
Pendakian Gunung Rinjani
sudah merupakan industri wisata, yang dikelola dengan cukup professional dan
bertaraf internasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pendaki dari
berbagai negara yang mendaki Gunung Rinjani. Guide Gunung Rinjani pada umumnya
menguasai bahasa asing. Porternya dapat memasak masakan Indonesia dan masakan
ala barat, serta menyajikannya dengan baik.
Tiba di Lombok
Hari Selasa tanggal 30 Juli
2024 jam 14.30 WITA, kami ber-23 orang mendarat di bandara Lombok. Hari
sebelumnya, telah mendarat juga 11 orang, yang 9 orang di antaranya melalui
jalur laut. Sehingga total 34 orang rombongan kami dari komunitas Timik-Timik
yang akan mendaki Rinjani besok.
Setibanya di Lombok,
kami dijemput dengan 2 mobil Hiace, dan dibawa ke restoran nasi balap di dekat
bandara untuk makan siang. Setelah makan siang, kami mengunjungi desa adat
Sukarara untuk melihat kegiatan pengrajin kain tenun dan membeli kain tenun
khas Sasak. Hujan mengiringi sepanjang perjalanan kami dari bandara sampai
Sukarara.
Sekitar jam 7 kami tiba
di guest house kami di Sembalun. Di guest house, kami bertemu dengan tim guide
dan porter yang akan menemani pendakian kami besok. Setelah pembagian kamar dan
pembagian porter, kami menjalani tes kesehatan sebagai syarat melakukan
registrasi pendakian.
Pendakian kami besok
pagi adalah pendakian 4 hari 3 malam, naik melalui desa Sembalun dan turun
melalui desa Torean. Hari pertama akan nge-camp di Plawangan Sembalun. Hari
kedua muncak dan turun ke Segara Anak, nge-camp di Segara Anak. Hari ketiga
turun melalui jalur Torean, nge-camp di Kebon Jeruk. Hari keempat siang sampai
di desa Torean.
Hari ke-1
Rabu tanggal 31 Juli
2024, jam 7.30, kami mulai berjalan meninggalkan guest house menuju pos
registrasi. Sesampainya di pos registrasi, sudah banyak pendaki yang mengantri,
yang sekitar setengahnya adalah pendaki manca negara. Kami mengantri cukup lama
di pos registrasi. Jam 9.20, kami baru selesai dengan proses registrasi.
Jam 9.30 kami mulai
jalan dari pos registrasi Taman Nasional Gunung Rinjani di Sembalun. Untuk
menghemat tenaga dan waktu, kami naik pickup dan ojek dari pos registrasi
sampai Pos II. Jika berjalan kaki, dari pos registrasi sampai Pos II memerlukan
waktu sekitar 3 jam. Dengan naik pickup dan ojek hanya memerlukan waktu sekitar
45 menit.
Dari pos registrasi di
desa Sembalun, kami naik pickup ke desa Sajang yang berjarak sekitar 15 menit.
Selanjutnya kami naik ojek sekitar 30 menit dari Sajang sampai tempat
pemberhentian ojek di dekat Pos II. Dari tempat pemberhentian ojek, kami
berjalan kaki sekitar 10 menit ke Pos II.
Bagi saya dan Ira,
pendakian ini adalah pendakian kedua kami ke Gunung Rinjani. Pendakian pertama
kami pada tahun 2017. Saat itu, kami berjalan kaki dari Sajang sampai Pos II.
Belum ada ojek dari Sajang.
Pos II Tengengean berada
di ketinggian 1513 mdpl. Di Pos II terdapat beberapa shelter, pos polisi hutan,
warung, toilet, dan plang penanda pos. Di plang penanda pos tertera jarak
antara Pos II dengan pos sebelumnya dan sesudahnya. Tetapi jarak yang tertera
adalah jarak mendatar dan jika ditarik garis lurus, karena kenyataannya
jaraknya terasa jauh lebih panjang.
Jam 10.35 kami mulai
jalan dari Pos II. Jalur pendakian berupa jalan tanah yang tidak terlalu
menanjak. Cuaca cerah berawan, sesekali berkabut. Sehingga jarak pandang hanya
beberapa ratus meter. Katanya kemarin hujan di Rinjani, sehingga hari ini tidak
terlalu berdebu.
Jam 11.23 kami sampai di
Pos III Padabalong, pada ketinggian 1772 mdpl. Di Pos III ini terdapat 2
shelter dan 1 warung. Kami hanya berhenti sebentar di Pos III ini.
Dulu di pendakian tahun
2017, kami nge-camp di Pos III ini. Sebelum terjadi gempa tahun 2018, lembah
kecil di dekat Pos III ini merupakan tempat yang nyaman untuk nge-camp. Tapi
sekarang kondisinya sudah tidak senyaman dulu.
Jam 12.21 kami sampai di
Pos IV Cemara Siu di ketinggian 2089 mdpl. Di pos ini terdapat 2 shelter dan 1
warung. Kami beristirahat dan makan siang di pos ini sekitar setengah jam.
Pada pendakian kami
tahun 2017, Pos IV ini belum ada. Dulu dari Pos III langsung ke Plawangan
Sembalun, dengan melewati 7 Bukit Penyesalan. Sekarang nampaknya istilah 7
Bukit Penyesalan sudah tidak populer lagi.
Jam 13.08 kami jalan
lagi dari Pos IV. Kabut semakin tebal dan sesekali muncul tetesan hujan. Namun
mendekati Plawangan Sembalun, cuaca semakin cerah kembali.
Jam 14.25 atau sekitar
15 menit menjelang Plawangan Sembalun, kami melewati tangga besi. Tangga ini
baru ada setelah gempa tahun 2018. Pada pendakian kami tahun 2017, tangga ini
belum ada.
Jam 14.42 kami sampai di
Plawangan Sembalun di ketinggian 2658 mdpl. Sehingga secara total kami
menghabiskan waktu 4 jam untuk berjalan dari Pos II sampai Plawangan Sembalun,
dengan total elevasi 1.145 meter.
Plawangan Sembalun
adalah camp area untuk persiapan ke puncak Rinjani. Di Plawangan Sembalun
terdapat 5 lokasi camping, yaitu Plawangan 1 sampai 5. Kami nge-camp di
Plawangan 1, yaitu camp area yang paling bawah. Plawangan 1 adalah camp area
yang paling luas dibanding camp area lain. Di sini juga terdapat warung dan
Shelter Emergency.
Sewaktu kami sampai di
Plawangan, tenda kami sudah terpasang. Tenda kami semua berwarna kuning, yang
dipasang berjejer memanjang. Tenda kami adalah tenda kapasitas 4 orang, yang
kami pakai berdua, sehingga cukup leluasa.
Camp Kami di Plawangan Sembalun
Dari Plawangan Sembalun
dapat dilihat view puncak Rinjani dan Segara Anak. Sayangnya cuaca cukup
berawan, sehingga hanya sesekali puncak Rinjani dan Segara Anak nampak. Di saat
view-nya terbuka, kami manfaatkan untuk foto-foto dan melukis pemandangan alam
yang indah.
Begitu matahari
terbenam, kami langsung berada di dalam tenda masing-masing untuk mempersiapkan
summit attack besok dini hari. Makan malam dihidangkan oleh porter kami ke
tenda. Menu makan malam kali ini adalah sayur sop dan ayam goreng.
Makan Malam di Plawangan Sembalun
Menu Selama Pendakian |
Hari ke-2
Kamis 1 Agustus 2024
adalah hari pendakian terpanjang, karena kegiatan sudah dimulai sejak jam 1
malam. Bahkan sebelum jam 1, kami sudah mulai terbangun. Jam 1 malam, porter
kami sudah mengedarkan roti bakar dan teh manis.
Jam 1.30 kami mulai
summit attack. Pada saat yang bersamaan semua pendaki juga mulai jalan ke
puncak. Sehingga suasana cukup crowded dan pada titik-titik tertentu terjadi
antrian, seperti di tanjakan terjal atau di tangga besi.
Jalur pendakian dari
Plawangan Sembalun ke puncak cukup berat, atau bahkan sangat berat. Setelah
camp area Plawangan 5, jalur pendakian berupa pasir lepas sampai dengan batas
vegetasi atau punggungan kaldera. Di punggungan kaldera sampai dengan puncak,
jalur pendakiannya berupa kerikil dan batuan lepas.
Target melihat sunrise
di puncak Rinjani ternyata tidak tercapai. Saat matahari terbit kami baru
sampai di Letter E, yaitu jalur pendakian yang membentuk huruf E menjelang
puncak Rinjani. Di pendakian kami tahun 2017, belum ada istilah Letter E.
Mungkin Letter E ini baru terbentuk setelah gempa tahun 2018.
Letter E Menuju Puncak Rinjani |
Jam 7.50 kami sampai di
puncak Rinjani di ketinggian 3726 mdpl. Sehingga pagi ini kami naik 1068 meter
dari Plawangan Sembalun ke puncak Rinjani dalam waktu 6 jam 20 menit. Jauh
lebih lama dibanding pendakian dari Pos II sampai Pelawangan Sembalun kemarin,
dengan elevasi yang lebih tinggi.
Puncak Rinjani berupa
dataran yang tidak begitu luas. Dari puncak Rinjani dapat dilihat danau Segara
Anak dengan gunung Barujari di tengahnya, di kejauhan terlihat puncak Gunung
Agung di Bali, terlihat juga batas antara daratan Lombok dengan lautan.
Kami di puncak Rinjani
sekitar 1 jam. Kami berfoto-foto dan beristirahat sambil menunggu semua
rombongan kami sampai puncak. Selain rombongan kami, ada beberapa rombongan
lain di puncak, sehingga cukup ramai suasana di puncak saat itu.
Jam 9.00 kami
meninggalkan puncak. Cuaca cerah sekali, matahari sangat terik, dan debu
berhamburan diterpa angin setiap kali langkah kaki nyerosot di batuan lepas.
Turun dari puncak terasa lebih cepat, karena tinggal nyerosot di batuan lepas
dan pasir.
Jam 12.00 kami sampai
kembali di camp area Plawangan Sembalun. Makan siang telah disediakan oleh
porter kami. Setelah makan, kami ganti baju karena baju yang dipakai untuk
muncak basah kuyup oleh keringat dan penuh debu. Selanjutnya kami berkemas
untuk pindah camp ke Segara Anak.
Jam 14.30 kami mulai
jalan meninggalkan Plawangan Sembalun menuju Segara Anak. Setengah perjalanan
awal adalah menuruni batu-batu dinding kaldera yang cukup terjal. Di beberapa
tempat disediakan tali-tali dan tiang-tiang pengaman, yang sebagian besar sudah
rusak. Setengah perjalanan berikutnya melalui jalan tanah naik turun menuju
tepi danau.
Jam 18.30 kami sampai di
camp area Segara Anak. Tenda kami terletak di ujung barat, di seberang sungai,
di dekat Shelter Emergency. Di sini suasananya tenang, cocok sebagai tempat
istirahat setelah tadi seharian berjalan kaki dari jam 1 malam sampai jam 6
sore.
Hari ke-3
Hari Jumat 2 Agustus
2024, hari ketiga pendakian, diawali dengan mandi atau tepatnya berendam air
hangat di kolam air hangat Aik Kalak, yang berada sekitar 10 menit jalan kaki
dari lokasi tenda kami. Berendam air hangat ini membuat badan kami segar dan rileks
kembali, setelah pendakian melelahkan kemarin.
Setelah berendam air
hangat, kami kembali ke tenda dan makan pagi sambil menikmati keindahan danau
Segara Anak. Nampak di danau banyak ikan nila bergerombol-gerombol di
permukaannya. Beberapa pendaki memancing ikan di tepian danau.
Danau Segara Anak dan Gunung Barujari |
Memancing Ikan di Segara Anak |
Sebelum meninggalkan
Segara Anak, kami berfoto-foto dengan latar danau Segara Anak yang indah. Ira
berfoto dengan kain tenun Lombok yang dibeli di Sukarara, sewaktu baru tiba di
Lombok kemarin.
Kain Tenun Lombok di Segara Anak
Jam 10.15 kami
meninggalkan Segara Anak, melalui jalur Torean. Sasaran kami hari ini adalah
camp area Kebon Jeruk, yang diperkirakan sampai di sana sore hari. Kami akan
nge-camp semalam di Kebon Jeruk, dan besoknya baru melanjutkan turun ke desa
Torean.
Di jalur Torean ini
tidak ada pos, shelter, dan warung. Pendaki yang melewati jalur ini juga tidak
banyak. Jalur Torean ini baru dibuka sebagai jalur pendakian tahun 2021.
Sebelumnya jalur Torean ini hanya digunakan untuk jalur peziarah.
Jalur Torean ini relatif
landai dibanding jalur turun dari Pelawangan Sembalun ke Segara Anak kemarin.
Jalur Torean ini melewati celah perbukitan, di kanan kiri kita dapat melihat
view perbukitan yang hijau dan indah, yang katanya mirip Jurassic Park.
Jam 11.30 kami sampai di Goa Susu. Di depan Goa Susu
terdapat area terbuka yang cukup luas, yang dapat untuk mendirikan beberapa
tenda. Di Goa Susu juga ada mata air panas dan kolam-kolam kecil untuk berendam,
tetapi airnya tidak bisa diminum.
Jam 12.07 kami sampai di tangga pertama di jalur
Torean. Tangga ini adalah tangga naik. Jadi meskipun jalur Torean ini adalah
jalur turun, tetapi pada kenyataannya jalurnya turun naik.
Tangga Pertama di Jalur Torean
Di sepanjang jalur Torean dari Segara Anak sampai
Kebon Jeruk jarang ada pohon besar, vegetasinya didominasi oleh padang rumput.
Sehingga sepanjang jalan view-nya lepas ke bukit-bukit yang mengitari jalur
pendakian.
Jam 12.43 kami sampai di tangga kedua di jalur Torean.
Tangga ini adalah tangga turun. Tangga-tangga ini juga yang dilewati porter,
kebayang susahnya menuruni atau menaiki tangga dengan memikul beban yang berat.
Keindahan jalur Torean sulit untuk digambarkan dengan
kata-kata. Pemandangannya sungguh indah dan medannya sangat dinamis, sehingga
tidak membosankan. Makanya kami mengalokasikan waktu seharian ini untuk
menikmati keindahan jalur Torean.
Di sepanjang jalan di jalur Torean ini melewati
beberapa air terjun dan menyusuri sungai dari kejauhan. Spot-spot indah ini
menjadi tempat perhentian sejenak sambil berfoto-foto.
Jam 13.40 kami melintasi Sungai Kokok Putih yang
lebar, tetapi aliran airnya hanya selebar sekitar 2 meter. Air di sungai ini mengandung
belerang, jadi tidak dapat diminum. Kami beristirahat sejenak di tepi sungai
ini.
Jam 14.30 kami istirahat, makan siang, dan sholat. Jam
15.19 kami sampai di tangga ketiga jalur Torean. Tangga ini adalah tangga naik.
Jalur Torean ini sampai dengan Kebon Jeruk masih turun-naik.
Setelah itu kami berjalan melipir memotong lereng
bukit. Jam 15.47 kami sampai di mata air Banyu Urip, yang mengalir di lereng
berbatu. Mata air ini dapat diminum dan airnya sangat menyegarkan. Kami mengisi
sebanyak mungkin air ke dalam botol-botol yang ada.
Jam 16.00 kami melewati turunan batu yang terjal, yang
dipasangi tali tambang untuk membantu pendaki. Di setiap tanjakan atau turunan
terjal sudah dipasangi tali, meskipun kondisinya sudah banyak yang rusak.
Jam 17.00 kami sampai di tangga keempat di jalur
Torean. Tangga ini adalah tangga naik yang cukup tinggi. Ini adalah tangga
terakhir hari ini. Setelah tangga ini, dari kejauhan kami sudah dapat melihat
tenda-tenda kami.
Tangga Keempat di Jalur Torean
Jam 17.15 kami sampai di camp area Kebon Jeruk. Hari
ini kami berjalan selama 7 jam dari Segara Anak sampai camp area Kebon Jeruk.
Pendakian hari ini sangat santai, kami banyak berfoto-foto, dan menikmati
perjalanan.
Cuaca hari itu cerah sepanjang hari dan malam. Kami
menghabiskan sore dan malam dengan ngobrol bersama di luar tenda, karena besok
siang pendakian kami sudah berakhir.
Hari Ke-4
Hari Sabtu 3 Agustus
2024 adalah hari terakhir pendakian kami. Hari ini diawali dengan makan pagi
bersama. Setelah itu kami mesti segera packing lagi, karena target kami bisa
sampai Torean siang. Jam 7.45 kami sudah mulai jalan.
Makan Pagi di Camp Kebon Jeruk
Jam 8.36 kami sampai di tangga kelima di jalur Torean.
Tangga ini adalah tangga turun, yang terbuat dari kayu. Tangganya tidak
panjang, tetapi sebetulnya ke bawahnya masih terjal jalannya.
Jam 8.45 kami sampai di tangga keenam di jalur Torean.
Tangga ini adalah tangga turun, yang terbuat dari besi. Ini adalah tangga
terakhir di jalur Torean.
Jam 8.49 kami melewati
air terjun Panimbungan. Air terjun ini cukup besar dan tinggi, tapi hanya dapat
dilihat dari jauh. Ini adalah air terjun terakhir di jalur Torean.
Setelah melewati air
terjun Panimbungan, jalur pendakian melewati hutan yang cukup rapat. Jam 10.45
kami sampai di Birisan Nangka. Di sini ada pos pendakian yang cukup bagus,
dengan area terbuka yang luas di depannya, dan ada sumber air yang bisa
diminum. Kami beristirahat sekitar satu jam di sini.
Jam 11.45 kami jalan
lagi. Medannya masih sama, hutan yang cukup rapat. Setelah dua jam berjalan,
sampailah kami di warung yang merupakan akhir dari medan hutan, yang berubah
menjadi kebun jagung. Tidak jauh dari warung ini terdapat warung yang lebih besar
dan pangkalan ojek menuju desa Torean.
Dari pangkalan ojek ke
desa Torean kalau berjalan kaki sekitar 1 jam, kalau naik ojek sekitar 15
menit. Jam 14.00 kami sampai di desa Torean. Di desa Torean, pickup kami sudah
menanti. Setelah makan siang dan shalat, kami naik pickup menuju lokasi Hiace
kami, yang akan membawa kami ke Senggigi.
Basecamp Torean |
Kami menginap semalam di Senggigi, yang termasuk dalam paket pendakian kami. Besok paginya kami main di Pantai Senggigi, melihat-lihat perahu nelayan di Pantai Ampenan, dan mengunjungi lagi desa tenun Sukarara, sebelum akhirnya ke bandara Lombok untuk terbang kembali ke Jakarta dan balik ke Bandung.
Keren, timik2 tim kompak n joos
BalasHapus