Gunung Pangrango (2024)

Gunung Pangrango terletak di perbatasan tiga kabupaten, yaitu: Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Gunung Pangrango bersama dengan Gunung Gede berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).


Jalur pendakian Gunung Pangrango yang resmi adalah melalui Cibodas, di samping Kebun Raya Cibodas, kawasan Puncak, Bogor. Jalur Cibodas ini juga menjadi jalur pendakian Gunung Gede.

 

Untuk mendaki Gunung Pangrango (dan Gunung Gede), pendaki harus mendaftar secara online di website Balai Besar TNGGP untuk mendapatkan SIMAKSI (surat izin masuk kawasan konservasi).

 

Di Cibodas, dengan latar belakang Gunung Pangrango

Cibodas adalah kawasan wisata, dengan obyek wisata utamanya adalah Kebun Raya Cibodas. Pengunjung dikenakan tiket untuk masuk kawasan Cibodas. Di Cibodas ini banyak basecamp pendakian, yang menyediakan tempat istirahat, makan dan minum, penyewaan alat pendakian, jasa porter, toilet, dan tempat parkir kendaraan.

 

Pada hari Minggu 30 Juni dan Senin 1 Juli 2024, kami bertiga bersama komunitas Timik-Timik mendaki Gunung Pangrango. Rombongan kami semuanya berjumlah 39 orang pendaki, ditambah 11 orang porter.

 

Minggu, jam 6 pagi, kami berkumpul di basecamp Lentera, Cibodas. Setelah sarapan dan koordinasi pendakian, jam 7.20 kami mulai jalan dari basecamp, yang berada pada ketinggian 1300 mdpl. Cuaca hari minggu ini cerah, setelah kemarin hujan semalaman.

 

Foto Bersama Sebelum Pendakian

Jam 7.39, kami sampai di Pos Simaksi, yang berada pada ketinggian 1370 mdpl. Pos Simaksi ini pos pertama pendakian. Di sini terdapat kantor Balai Besar TNGGP, yang melakukan pengawasan terhadap pendaki yang naik maupun yang turun.

 

Jalur pendakian mulai dari Pos Simaksi sampai Pos Simpang Pangrango di ketinggian 2406 mdpl sepanjang sekitar 8 km berupa jalan atau tangga batu, kecuali di Rawa Gayonggong. Jalan batu ini cukup lebar, sekitar 3 meter.

 

Dari Pos Simaksi sampai Pos Simpang Pangrango terdapat 16 pos pendakian, yang ditandai dengan plang nama pos. Pos pendakian di jalur Cibodas ini tidak menggunakan nomor pos, tetapi hanya dengan nama pos. Setiap pos ada plang nama pos, yang disertai peta pendakian dan jarak ke pos berikutnya.

 

Peta Pendakian

Jam 7.57, kami sampai di Pos Tarengtong di ketinggian 1481 mdpl. Di pos ini terdapat shelter berupa bangunan permanen berdinding batu dan beratap seng.

 

Pos Tarengtong

Jam 8.25, kami sampai di Pos Telaga Biru di ketinggian 1570 mdpl. Pos ini terdapat shelter berupa bangunan permanen. Pos ini berada di pinggir telaga dan sungai kecil yang airnya jernih.

 

Jam 8.45, kami sampai di Rawa Gayonggong, yang berupa jembatan beton di atas sungai, sepanjang sekitar 300 meter dengan lebar sekitar 2,5 meter. Rawa Gayonggong ini tidak ditandai dengan plang nama pos. Dari Rawa Gayonggong ini dapat dilihat view puncak gunung Pangrango.

Di Rawa Gayonggong

 

Jam 9.00, kami sampai di Pos Panyancangan di ketinggian 1632 mdpl. Pos Panyancangan merupakan pos terbesar di jalur Cibodas. Di pos ini terdapat shelter yang berupa bangunan permanen dan beberapa warung tenda. Pos ini merupakan percabangan antara jalur pendakian dengan jalur ke Curug Cibeureum.

 

Pos Panyancangan

Jam 9.33, kami sampai di Pos Rawa Denok 1 di ketinggian 1796 mdpl. Jam 9.53, kami sampai di Pos Rawa Denok 2 di ketinggian 1863 mdpl. Meskipun namanya rawa, tapi tidak ada rawa di sini. Di kedua pos ini terdapat shelter yang berupa bangunan permanen.

 

Jam 10.06, kami sampai di Pos Batu Kukus 1 di ketinggian 1911 mdpl. Jam 10.30, kami sampai di Pos Batu Kukus 2 di ketinggian 1948 mdpl. Jam 10.52, kami sampai di Pos Batu Kukus 3 di ketinggian 2060 mdpl. Di ketiga pos ini terdapat shelter yang berupa bangunan permanen.

 

Pos Batu Kukus 1

Jam 11.15, kami sampai di Pos Pemandangan Air Panas di ketinggian 2131 mdpl. Di pos ini tidak terdapat bangunan permanen, tetapi ada warung dan toilet tidak permanen. Pos ini cukup besar, banyak bangku-bangku untuk duduk.

 

Jam 11.26, kami melewati sungai air panas. Jalur pendakian berupa batu-batu di aliran sungai air panas, yang hanya selebar sekitar semester dengan panjang sekitar 25 meter. Jalur yang sempit mengharuskan kita berjalan satu-per-satu, dan harus salah satu berhenti jika berpapasan dengan pendaki yang turun.

 

Jalur sungai air panas ini cukup berbahaya, karena kita harus berjalan di atas batu-batu di antara aliran sungai, di samping kiri air terjun dan di samping kanan jurang, dengan jarak pandang yang terbatas karena uap air panas.

 

Melewati Sungai Air Panas

Jam 11.32, kami sampai di Pos Air Panas di ketinggian 2162 mdpl. Di pos ini terdapat shelter berupa bangunan permanen. Pos ini berada di tepi sungai air panas, yang dapat dipakai untuk berendam dan mandi air panas.

 

Pos Air Panas

Jam 11.41, kami sampai di Pos Kandang Batu di ketinggian 2180. Pos ini merupakan camp area alternatif di jalur Cibodas, selain camp area utama di Pos Kandang Badak. Di pos ini tidak terdapat shelter dan warung.

 

Pos Kandang Batu

Jam 12.02, kami sampai di Pos Panca Weuleuh di ketinggian 2280 mdpl. Di pos ini tidak terdapat shelter. Sebelum sampai di pos ini, kami melewati air terjun yang cukup besar di samping jalur pendakian.

 

Jam 12.38, kami sampai di Pos Kandang Badak di ketinggian 2391 mdpl. Pos Kandang Badak ini adalah sasaran kami hari ini. Di sini kami akan istirahat panjang sampai besok pagi dini hari. Jadi pada hari pertama ini kami naik dengan elevasi  sekitar 1000 meter dari basecamp sampai Pos Kandang Badak, dengan waktu 5 jam.

 

Pos Kandang Badak merupakan camp area utama di jalur Cibodas. Di pos ini terdapat shelter yang berupa bangunan permanen yang cukup besar, tetapi atapnya sudah tidak ada. Di sini juga ada toilet permanen dan beberapa warung tenda. Di pos ini juga terdapat satu lampu penerangan tenaga surya.

 

Sesampainya di Kandang Badak, kami makan siang dengan bekal nasi bungkus dari basecamp, sambil menunggu rombongan porter sampai. Setelah porter sampai, kami mendirikan tenda.

 

Lokasi tenda rombongan kami berada di sekitar tiang lampu. Lokasinya cukup terbuka, sehingga kami dapat melihat view puncak Pangrango dari tenda kami. Lokasi tenda kami juga dekat dengan mata air dan toilet.

 

Kami menghabiskan waktu minggu sore dengan bersantai di tenda atau mengobrol di luar. Ira dan Sekar melukis puncak Pangrango dengan cat air. Beberapa orang anggota rombongan juga ada yang mendaki ke puncak Gede sore itu.

Melukis Puncak Pangrango di Pos Kandang Badak

 

Berbeda dengan hari kemarin yang hujan dari sore sampai malam, hari minggu ini cuaca cerah terus sampai malam dan pagi berikutnya. Bulan nampak di antara pepohonan di Pos Kandang Badak.

 

Senin jam 4.00 kami mulai mendaki lagi dari Pos Kandang Badak. Jam 4.10, kami sampai di Pos Simpang Pangrango di ketinggian 2406 mdpl. Jalur pendakian dari Pos Kandang Badak sampai Pos Simpang Pangrango masih berupa tangga batu. Setelah dari Pos Simpang Pangrango ke atas, jalur pendakian berupa jalan tanah.

 

Persiapan Summit Attack

Dari Pos Simpang Pangrango ke atas sudah tidak ada lagi pos. Sekitar sepertiga perjalanan awal dari Pos Simpang Pangrango sampai ke puncak Pangrango, jalan tanah masih cukup landai. Semakin mendekati puncak, jalan tanah semakin terjal. Vegetasi cukup rapat dari Pos Simpang Pangrango sampai puncak Pangrango. Hanya sesekali medan agak terbuka, sehingga nampak view Gunung Gede di antara pepohonan.

 

Jam 7.14, kami sampai di puncak Pangrango di ketinggian 3019 mdpl, yang berarti kami naik dengan elevasi sekitar 600 meter dalam waktu sekitar 3 jam. Puncak Pangrango ditandai dengan tugu yang sederhana dan shelter dari kayu beratap seng. Vegetasi di puncak masih cukup rapat, hanya ada sedikit view ke Gunung Gede.

Di Puncak Pangrango

 

Kami menghabiskan waktu sekitar setengah jam di puncak Pangrango untuk foto-foto dan beristirahat. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan ke Lembah atau Alun-alun Mandalawangi, yang jaraknya hanya 5 menit berjalan dari puncak Pangrango. Lembah Mandalawangi berada pada ketinggian 2994 mdpl.

 

View Gunung Gede dari Puncak Pangrango

Lembah Mandalawangi adalah padang terbuka seluas sekitar 5 hektar, yang ditumbuhi rumput dan pohon edelweiss. Lembah Mandalawangi seperti Alun-alun Surya Kencana di Gunung Gede, tetapi ukurannya lebih kecil. Di Lembah Mandalawangi ini terdapat Sungai kecil yang airnya jernih dan dapat diminum.

 

Tidak seperti Alun-alun Surya Kencana yang selalu ramai dengan pendaki, Lembah Mandalawangi sangat tenang dan syahdu. Lembah Mandalawangi ini adalah tempat favorit Soe Hok Gie untuk berkontemplasi. Soe Hok Gie adalah aktivis gerakan mahasiswa tahun 66 dan pendiri Mapala UI.

 

Di Lembah Mandalawangi

Kami menghabiskan waktu 2 jam di Lembah Mandalawangi untuk sarapan dan bersantai menikmati suasana Lembah Mandalawangi. Jam 9.44 kami meninggalkan Mandalawangi, kembali naik ke puncak Pangrango dan turun ke Kandang Badak.

 

Jam 12.00, kami sampai di Kandang Badak. Kami istirahat sebentar di sini, shalat, dan makan siang; setelah itu mengemasi barang-barang dan packing ransel. Jam 13.00, kami mulai turun meninggalkan Kandang Badak.

 

Jam 13.20, kami sampai di Pos Panca Weuleuh. Jam 13.39, sampai di Pos Kandang Batu. Jam 13.46, sampai di Pos Air Panas. Jam 13.54, sampai di Pos Pemandangan Air Panas. Setelah itu hujan mulai turun, sehingga tidak bisa mencatat waktu.

Kembali ke Gerbang Pendakian


Hujan baru berhenti jam 16.00 di Pos Panyancangan. Di Pos Panyancangan, kami melepas jas hujan, beristirahat, dan makan bakso. Jam 16.11, kami sampai di Rawa Gayonggong. Jam 16.28, kami sampai di Pos Telaga Biru. Jam 16.55, kami sampai di Pos Tarengtong. Jam 17.14, sampai di Pos Simaksi. Jam 17.23, kami sampai kembali di Gerbang Pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Gede Pangrango

Gunung Singa

Gunung Palasari