Gunung Slamet via Permadi Guci
Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau
Jawa. Gunung Slamet berada di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten
Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, dan Purbalingga.
Gunung Slamet (tribunnews.com)
Pendakian
Gunung Slamet dapat dilakukan dari berbagai arah. Dari Kabupaten Brebes di arah
barat, terdapat basecamp Kaliwadas dan Kaligua. Dari Kabupaten Tegal di arah
barat hingga utara, terdapat basecamp Sawangan, Guci, dan Dukuh Liwung. Dari
Kabupaten Pemalang di arah utara hingga timur, terdapat basecamp Penakir,
Jurang Mangu, Cemara Sakti, Dipajaya, dan Gunung Malang. Dari Kabupaten
Purbalingga di timur, terdapat basecamp Bambangan. Dari Kabupaten Banyumas di
selatan, terdapat basecamp Baturaden.
Basecamp
Guci berada di dalam Obyek Wisata Guci, di kaki Gunung Slamet, yang terkenal
dengan pemandian air panasnya. Terdapat 3 basecamp pendakian di Guci, yaitu basecamp
Gupala, Kompak, dan Permadi. Jalur pendakian dari basecamp Gupala menyatu
dengan dari basecamp Kompak, sedangkan basecamp Permadi mempunyai jalur
pendakian yang berbeda dengan jalur Gupala dan Kompak.
Untuk
menuju basecamp Permadi Guci, dapat dipandu google map dengan menuliskan kata
kunci Basecamp Permadi Guci. Lokasinya berada di pinggir jalan utama Guci, di
ujung pertigaan, dengan plang yang cukup besar. Di sekitar basecamp Permadi
Guci terdapat pondok pendaki, warung makan, dan tempat parkir yang cukup luas.
Pada
hari Sabtu tanggal 19 Maret 2022 sekitar jam 07.30, kami bersama Komunitas Hiking ITB
"Timik Timik" yang semuanya berjumlah 38 orang, sampai di Basecamp Permadi Guci pada ketinggian 1220 mdpl. Cuaca cerah berawan.
Suasana di sekitar basecamp Permadi pagi itu cukup ramai. Selain rombongan kami, ada beberapa rombongan pendaki lain, yang sedang mendaftar maupun yang sarapan. Warung makan yang menyediakan sarapan berada di seberang basecamp Permadi, yaitu di Sanggar Lukis Burhan Art. Kami juga sarapan dan memesan nasi bungkus untuk makan siang di sini.
Untuk mendaki Gunung Slamet via basecamp Permadi Guci ini tidak perlu
reservasi, langsung datang dan mendaftar. Tidak perlu juga surat sehat dan tes
covid. Biaya pendaftaran Rp 25 ribu per orang. Di tempat pendaftaran ini kami
mendapat selembar peta rute jalur pendakian Gunung Slamet, estimasi waktu di
peta tersebut ternyata sangat tepat.
Jam 09.00 kami memulai pendakian dari basecamp. Target pendakian kami
hari ini adalah Pos 4, dan nge-camp di sana. Estimasi waktu tempuh dari
basecamp ke Pos 1 adalah 2 jam, jika berjalan kaki. Alternatifnya adalah naik
ojek sampai Gerbang Rimba sekitar 10 menit atau naik ojek sampai Pos 1 sekitar
30 menit.
Kami memilih naik ojek sampai Gerbang Rimba, dengan pertimbangan kami tidak
ingin melewatkan pemandangan yang indah dari Gerbang Rimba sampai Pos 1. Jalur
ojek menuju Pos 1 berbeda dengan jalur pendakian. Karena jumlah ojek yang terbatas,
ojeknya harus bolak-balik untuk mengangkut semua rombongan kami.
Jam 09.30 kami mulai berjalan dari Gerbang Rimba, dengan ketinggian
sekitar 1400 mdpl. Beberapa rombongan pendaki lain juga mulai berjalan dalam
waktu yang hampir bersamaan dengan kami. Medan awal berupa jalan tanah yang cukup lebar,
dengan hutan pinus di kanan kiri jalan.
Tidak begitu lama, jalan kemudian menyempit menjadi jalan setapak, dengan
sungai di sisi kiri. Setelah 15 menit berjalan, kami sampai di jembatan bambu Kali
Cawan. Pemandangan di sini sangat indah, dengan air terjun dan air sungai yang
jernih. Perlintasan dengan Kali Cawan ini terletak pada ketinggian 1454 mdpl.
Sungai yang kedua adalah Kali Clirangan, yang berada sekitar 15 menit
dari Kali Cawan. Perlintasan dengan Kali Clirangan ini terletak pada ketinggian
1502 mdpl. Pemandangan di sini juga sangat indah. Sayang langit berawan saat
itu, jika langit sedang cerah akan nampak puncak Gunung Slamet dari sini.
View Puncak Slamet dari Kali Clirangan (doetaindonesia.com) |
Sungai ketiga yaitu Kali Semurup, berada sekitar 25 menit dari Kali Clirangan.
Perlintasan dengan Kali Semurup terletak di ketinggian 1600 mdpl. Sungai ini
adalah sungai terakhir sebelum Pos 1.
Menjelang sampai di Pos 1 terdapat spot unik berupa hamparan bunga Tapak Dara
warna merah muda yang cukup luas. Bunga Tapak Dara di sini berukuran lebih
besar dibanding yang biasa ditemui di tempat lain.
Jam 10.45 atau 1 jam 15 menit dari Gerbang Rimba, kami sampai di Pos 1
Blakbak dengan ketinggian 1695 mdpl. Di pos ini ada warung, pos ojek, dan
bangku untuk istirahat pendaki. Warung ini merupakan satu-satunya warung di
sepanjang rute pendakian, yang menjual semangka, gorengan, dan minuman hangat.
Setelah beristirahat 15 menit di Pos 1, kami melanjutkan perjalanan
menuju Pos 2. Tertulis di gerbang: Memasuki Hutan Lumut. Yang dimaksud hutan
lumut ternyata adalah pohon-pohon yang diselimuti atau ditumbuhi lumut.
Berbeda dengan jalur dari Gerbang Rimba ke Pos 1 yang relatif landai, jalur
dari Pos 1 ke Pos 2 lebih menanjak. Jam 12.15 atau 1 jam 15 menit perjalanan
dari Pos 1, kami sampai di Pos 2 Rimpakan pada ketinggian 2057 mdpl. Kami makan
siang di sini, dengan nasi bungkus yang dibawa dari basecamp.
Medan dari Pos 2 ke Pos 3 sama dengan medan dari Pos 1 ke Pos 2, melewati
hutan lumut yang rapat. Jam 13.35 atau sekitar 1 jam perjalanan dari Pos 2,
kami sampai di Pos 3 Selo Pethak di ketinggian 2295 mdpl. Selo Pethak berarti
batu putih, yaitu singkapan batu berwarna putih yang menjadi view dari pos ini.
Dari Pos 3 ke Pos 4 masih berupa medan hutan, tetapi lebih terbuka. Jam
14.35 atau 1 jam perjalanan dari Pos 3, kami sampai di Pos 4 Amreta di
ketinggian 2448 mdpl. Target hari ini telah tercapai dalam waktu 5 jam, dengan
ketinggian yang didaki sekitar 1050 meter. Selanjutnya kami akan nge-camp di
Pos 4, dan summit attack besok dini hari.
Pos 4 berupa dataran terbuka yang berundak-undak, yang dapat menampung
sekitar 50 tenda. Dari lokasi ini terlihat puncak gunung Slamet yang berwarna
kemerahan. Fasilitas camping di sini sangat bagus, ada toilet, musholla, dan air
yang melimpah. Selain itu ada shelter untuk porter. Tidak ada warung di Pos 4.
Lokasi tenda kami berada di dekat musholla dan keran air, sedangkan toilet
berada sekitar 100 meter ke arah bawah. Pada saat kami sampai di Pos 4, tenda
sudah terpasang oleh porter kami. Begitu kami masuk tenda, hujan pun mulai turun,
yang terus bertahan sampai pagi.
Rencananya kami akan summit attack jam 01.00, tapi tentunya kami tidak memaksakan
diri kalau hujan masih turun. Jam 12 malam kami terbangun, hujan masih turun. Sambil
tidur di dalam tenda, kami menunggu hujan berhenti.
Sekitar jam 3 pagi, hujan mulai mengecil. Terdengar banyak pendaki lain yang
mulai jalan, meskipun masih gerimis. Kami mulai bersiap-siap. Jam 04.00 kami
mulai jalan. Hujan sudah reda, dan terlihat samar-samar bulan di balik awan.
Dari Pos 4 sampai Pos 5 bayangan berupa medan hutan yang cukup menanjak.
Jalan setapak sempit, dan tidak banyak tempat terbuka yang cukup luas untuk
beristirahat. Kami sampai di Pos 5 bayangan jam 5 pagi, dan shalat Subuh di
sini.
Pos 5 bayangan adalah perbatasan antara medan hutan dengan medan batuan
lepas. Dari sini ke atas sudah tidak ada lagi jalan setapak, jalur pendakian
ditunjukkan oleh cat warna putih di bebatuan.
Karena medannya terbuka, plang penanda Pos 5 sudah terlihat dari jauh. Kami sampai di Pos 5
Watu Ireng di ketinggian 2930 mdpl pada jam 6.10 atau 2 jam 10 menit perjalanan
dari Pos 4. Dinamakan Watu Ireng karena di sebelah Pos 5 ada bukit batu berwarna
hitam. Pos 5 adalah batas vegetasi terakhir, yang berupa hutan cantigi. Di sini
juga bisa ditemukan cerukan-cerukan berisi air yang bisa diminum.
Etape terakhir Pos 5 ke puncak adalah tahapan terberat. Medan berupa
batuan lepas yang menanjak, ditambah suhu yang dingin dan angin yang kencang. Suhu
yang dingin ini disebabkan sinar matahari yang tertutupi oleh puncak Slamet,
karena jalur pendakian Permadi Guci adalah dari barat.
Di tengah perjalanan dari Pos 5 ke puncak, terdapat tugu batas Kabupaten Tegal
– Banyumas dan batu besar. Batu besar ini menjadi spot foto yang bagus dengan
view ke arah Gunung Ciremai dan kaki Gunung Slamet.
Tugu Batas Kabupaten Tegal - Banyumas
Dari batu besar ke puncak, medan semakin menantang. Jalur pendakian
semakin terjal dan terbuka. Para pendaki berjalan satu per satu dengan bantuan tali
tambang. Ada dua jalur tali yang disediakan pengelola pendakian, dengan panjang sekitar 400 meter.
Tali tambang berakhir beberapa meter menjelang puncak, yang disebut
Puncak Salam atau Puncak Pahlawan. Kami sampai di Puncak Salam jam 08.00. Puncak
Salam ini adalah bibir kawah atau kaldera, yang hanya beberapa meter lebarnya.
Di arah kiri terlihat puncak lain yang lebih rendah, yang menjadi puncak untuk
jalur Kompak dan Gupala. Di arah kanan terlihat puncak tertinggi Gunung Slamet.
Puncak Soerono 3428 mdpl adalah puncak tertinggi Gunung Slamet. Dari Puncak
Salam, Puncak Soerono masih terlihat jauh dan tinggi. Puncak Soerono menjadi
puncak untuk jalur pendakian dari basecamp Bambangan, Purbalingga.
Kami sampai di Puncak Soerono jam 9.00 atau 5 jam perjalanan dari Pos 4, dengan ketinggian yang didaki hampir 1000 meter. Jadi waktu pendakian total dari Gerbang Rimba ke Pos 4 dan dari Pos 4 ke Puncak Soerono adalah 10 jam dan ketinggian pendakian total 2000 meter.
Sayang sekali saat kami di puncak cuaca berkabut. Jika cuaca cerah, dari
sini akan terlihat gunung-gunung lain, seperti Gunung Ciremai di barat dan
Gunung Sindoro-Sumbing serta Merapi-Merbabu di timur.
Setelah berfoto di puncak, kami bergegas turun, karena kabut semakin
tebal. Kami menuju ke Puncak Salam lagi, dengan melewati bibir kaldera yang
tipis. Dari Puncak Salam, turun dengan tali menuju Pos 5. Kami sampai di Pos 5
jam 12.00, dan sampai kembali di camp area Pos 4 jam 13.35.
Sampai di camp area, kami langsung membersihkan badan, sholat dan makan
siang. Kami merasa nyaman dan terbantu dengan adanya fasilitas toilet yang baik
dan air yang melimpah di camp area ini.
Tidak banyak waktu kami untuk bersantai di camp area, karena target kami sore
atau malam ini sampai kembali ke basecamp. Kami segera packing dan bongkar
tenda. Jam 15.45 kami mulai berjalan turun dari Pos 4.
Beruntung hari ini tidak hujan, tidak seperti kemarin yang hujan
sepanjang sore dan malam. Dalam perjalanan turun ini kami hampir tidak pernah
berhenti, kecuali untuk minum, karena mengejar agar tidak kemalaman di jalan.
Jam 16.20 kami sampai di Pos 3, jam 17.00 di Pos 2, dan jam 18.00 sampai di Pos 1. Jadi total waktu turun dari Puncak Soerono sampai ke Pos 4 dan dari Pos 4 ke Pos 1 adalah 6 jam 45 menit.
Karena hari sudah gelap saat kami sampai di Pos 1, kami putuskan untuk
naik ojek dari Pos 1 ke basecamp. Ternyata membonceng ojek di jalan offroad
tidak semudah yang dibayangkan. Jalurnya sangat ekstrim, termasuk menyeberang
sungai berbatu yang cukup lebar. Dua puluh menit yang menegangkan.
Sekitar jam 8 malam seluruh rombongan Timik Timik telah sampai kembali di
basecamp. Alhamdulillah semuanya dalam kondisi sehat dan semua menikmati pendakian
dalam dua hari ini.
Pendakian Gunung Slamet via basecamp Permadi Guci sangat recommended.
Tahapan-tahapan pendakiannya sangat bagus, sehingga 2000 meter pendakian ke
puncak dapat dilalui dengan enjoy. Ketersediaan air melimpah, jalur pendakian jelas, dan terutama fasilitas camping di Pos 4 yang mantap.
Komentar
Posting Komentar