Gunung Cikuray via Ciharashas
Gunung Cikuray adalah
gunung tertinggi di Kabupaten Garut dan keempat tertinggi di Jawa Barat setelah
Gunung Ciremai, Gunung Pangrango, dan Gunung Gede. Gunung Cikuray termasuk
dalam jenis gunung stratovolcano, yang berbentuk menyerupai kerucut yang
sempurna. Gunung Cikuray tidak mempunyai kawah aktif.
Gunung Cikuray |
Pendakian Gunung Cikuray dapat dilakukan dari banyak jalur pendakian. Jalur pendakian yang paling popular adalah jalur Cilawu/Pemancar, selanjutnya jalur Kiara Janggot, jalur Tapak Geurot dan jalur Cintanagara. Di samping itu masih ada beberapa jalur pendakian lainnya yaitu jalur Pamalayan, jalur Olan, dan jalur Cikajang.
Hari Sabtu, tanggal 8 Januari 2022, kami bersama komunitas Timik-Timik, dengan total rombongan berjumlah 21 orang, mendaki Gunung Cikuray melewati jalur yang tidak umum, yaitu lewat Kampung Ciharashas, Bayongbong.
Tidak ada pos pendakian atau basecamp resmi di kampung Ciharashas. Kami menggunakan rumah Pak Hendra sebagai basecamp. Untuk menuju rumah pak Hendra, google map dapat diarahkan ke SDN Panembong 2, rumah pak Hendra sekitar 100 meter di atas SD tersebut.
Kami melakukan pendakian malam, dengan target sampai puncak Cikuray saat sunrise. Setelah seluruh rombongan lengkap, jam 10.45 kami memulai pendakian. Dalam pendakian ini kami didampingi oleh kang Fajar dan kang Aas, warga Ciharashas.
Perjalanan diawali dengan menyusuri jalan kampung, kemudian turun ke arah sungai, menyeberangi jembatan, naik ke kebun bawang merah, melintasi kebun bawang sampai jalan batu. Jalan batu ini selebar sekitar 1 meter, yang dapat dilalui motor. Dari basecamp sampai jalan batu ini sekitar 45 menit.
Jalan batu ini berada di punggungan, di tengah-tengah kebun bawang merah. Kami menyusuri jalan batu ini ke atas. Jalan batu kemudian berubah menjadi jalan tanah becek dan licin. Setelah sekitar 1 jam berjalan, kami sampai di pertigaan. Di pertigaan ini kami belok kiri masuk ke hutan.
Di sepanjang jalur Ciharashas ini tidak ada penunjuk arah maupun plang penanda pos. Tapi sebetulnya jalurnya jelas, tidak banyak percabangan. Hanya ada tiga percabangan sepanjang jalur ini, yaitu pertigaan hutan yang disebutkan di atas, pertigaan dengan mata air di Pos 4, dan pertigaan dengan jalur Pemancar di Pos 7 Pemancar.
Jalur pendakian via
Ciharashas ini sangat terjal dan menanjak, bisa dikatakan tidak ada bonus jalan
datar. Ketinggian basecamp Ciharashas hanya sekitar 1150 mdpl, sedangkan puncak
Cikuray 2821 mdpl, sehingga kami harus mendaki 1671 meter. Ini lebih tinggi
dibanding pendakian Semeru yang hanya mendaki 1576 meter.
Hutan di jalur pendakian via Ciharashas ini sangat rapat, bisa dikatakan tidak ada view setelah masuk hutan. Jalan setapaknya sempit, ruang terbuka untuk sekedar beristirahat juga sangat sedikit. Kami tidak tahu di mana posisi pos-pos-nya, karena tidak ada plang penanda pos.
Jam 5 pagi kami shalat subuh
di Pos 4, beristirahat, sambil menunggu rombongan berkumpul. Suasana masih
gelap gulita, tidak nampak semburat merah fajar, karena rimbunnya hutan. Baru Pos
4, masih jauh ke puncak, yang artinya target untuk sunrise di puncak tidak mungkin
tercapai.
Jam 7.30 kami keluar dari rimbunnya hutan, dan bertemu pertigaan dengan jalur Pemancar. Titik ini adalah Pos 7 jalur Pemancar. Di sini kami bertemu dengan beberapa rombongan pendaki lain. Lega rasanya bisa ketemu pendaki lain. Di sepanjang perjalanan di jalur Ciharashas, kami tidak ketemu rombongan pendaki lain.
Jam 8.00 kami sampai di puncak Cikuray, yang berupa dataran seluas sekitar 10 x 20 meter. Di puncak Cikuray sudah banyak pendaki, ada yang berfoto, atau pun beristirahat menikmati puncak. Di sekitar puncak ini banyak pendaki yang mendirikan tenda.
Uniknya, di puncak Cikuray ada
warung cuanki. Warung ini menggunakan bangunan bekas pemancar. Selain cuanki,
warung ini juga menjual gorengan, minuman hangat, air mineral, biskuit, stiker,
dan cendera mata. Warung ini buka setiap hari, khususnya hari sabtu dan minggu.
Harga-harga di warung ini cukup wajar dan terjangkau.
Setelah berfoto-foto, makan
cuanki dan beristirahat di puncak, jam 9.00 kami mulai turun. Dengan kondisi
jalan yang terjal dan licin, perjalanan turun tidak kalah beratnya dengan
perjalanan naik. Akhirnya jam 4 sore kami baru sampai basecamp kembali. Syukur
alhamdulillah kami dapat menyelesaikan pendakian berat ini dengan selamat.
Kesimpulan dari pendakian ini adalah jalur Ciharashas bukanlah jalur timik-timik, terlalu berat untuk pendaki yang ingin hepi-hepi menikmati perjalanan. Dapat dimengerti kenapa jalur ini tidak populer di kalangan pendaki.
cuan di puncak gunung, cuan ki
BalasHapus